Rabu, 30 Maret 2016

Nuklir di Indonesia bukan Bom



“..   Bom”, demikian selalu jawaban para siswa, mahasiswa serta sebagian besar orang yang berkunjung ke Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri BATAN Bandung. Sangat miris mendengar jawaban tersebut. Sebagai pegawai BATAN yang sudah lebih dari 25 tahun mengenal nuklir, jawaban tersebut memberikan indikasi bahwa sosialisasi iptek nuklir harus dilakukan dengan lebih intensif.

Nuklir mungkin menjadi kata yang sangat menakutkan karena mungkin saat ini banyak menghiasi headline berita setelah peristiwa gempa bumi dan tsunami yang menghantam negeri sakura beberapa waktu yang lalu, yang menyebabkan kerusakan hebat pada PLTN Fukushima Jepang. Sebenarnya apa sih nuklir itu? Dengan tulisan ini saya ingin memberikan sisi lain tentang manfaat dan keunggulan nuklir, namun juga apa yang perlu kita lakukan untuk menghindari bahayanya.


Reaksi Fusi Nuklir
Sebenarnya apa sih nuklir itu? Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan beberapa inti melalui reaksi fusi. Di sini akan dibahas salah satu mekanisme produksi energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir.Yang dapat dilakukan oleh manusia, hanyalah reaksi fisi, karena reaksi fusi nuklir itu terjadi di matahari.

Reaksi Fisi Nuklir
Reaksi fisi nuklir dikendalikan dalam suatu reaktor nuklir, sementara apabila reaksi fisi yang tidak terkendali yang berpotensi untuk menjadi bom atom. Reaksi fisi ini melepaskan neutron dan menghasikan energi. Energi panas ini kemudian di ambil dan dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin seperti yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga uap. Sedangkan neutron yang lepas ini juga dimanfaatkan untuk penelitian di berbagai bidang, seperti yang sudah dilakukan BATAN. Selain pemanfaatan radiasi neutron (sinar gamma), ada pula sinar alfa dan beta. Sinar-sinar tersebut dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang. 

Pemanfaatan teknologi nuklir di bidang kedokteran diantaranya diagnosa dan terapi radiasi, perawatan yang efektif bagi penderita kanker. Adapula teknologi nuklir untuk pemandulan vektor malaria yaitu dengan cara radiasi ionisasi yang dikenakan pada salah satu stadium perkembangannya. Bahkan yang sedang di kembangkan di Bandung teknologi nuklir untuk mendeteksi keberadaan cacing filaria (penyebar penyakit kaki gajah) pada siang hari sehingga kita dapat melakukan deteksi dini penyakit tersebut. Dengan metoda pemeriksaan laboratorium biasa keberadaan cacing filaria hanya dapat dilakukan pada malam hari, saat hewan tersebut muncul di aliran darah manusia.

Dalam bidang pertanian, teknologi nuklir dimanfaatkan untuk menemukan varietas unggul yaitu dengan mengubah faktor pembawa sifat (gen). Perubahan gen yang dapat menyebabkan perubahan sifat makhluk hidup dan diwariskan disebut mutasi. Sinar radioaktif yang biasanya digunakan untuk mutasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari radioaktif Cobalt-60. Varietas padi terbaru yang dihasilkan dengan menggunaan teknologi nuklir diberi nama Sidenuk. Penggunaan sinar radioaktif untuk pemberantasan hama tidak untuk mematikan hama tetapi untuk memandulkan hama. Sejumlah serangga jantan diradiasi dengan sinar gamma dalam dosis tertentu sehingga mengalami kemandulan (steril). Sehingga sperma yang dihasilkan tidak dapat membuahi sel telur. Cara ini dikenal dengan istilah teknik jantan mandul. Dengan penggunaan teknik ini, maka populasi hama akan menurun secara lambat dan bertahap tanpa mengganggu ekosistem.

Selain itu, agar bahan makanan yang disimpan tidak mudah rusak, maka teknologi nuklir saat ini telah digunakan untuk pengawetan makanan. Makanan yang diawetkan dengan menggunakan teknologi nuklir ini dapat bertahan selama 1,5 tahun selama kemasannya tidak rusak. Tidak percaya? Silahkan datang ke BATAN dan rasakan sendiri nikmatnya pepes ikan mas, rendang, semur, dan pepes teri.

Beberapa keuntungan menggunakan sinar radioaktif dalam pengawetan makanan antara lain sifat bahan makanan tidak berubah, dapat meningkatkan mutu, tidak menurunkan nilai gizi, tidak menimbulkan zat sisa pengawet, dapat dilakukan pada makanan yang dikemas sederhana

Penemuan cara pengawetan dengan teknik radiasi dapat meminimalkan kerusakan yang terjadi pada makanan. Aplikasi lainnya yaitu pencegahan proses pertunasan, penghambat pemasakan buah, peningkatan hasil daging buah, dan peningkatan rehidrasi. Efek utama dalam pemrosesan makanan dengan menggunakan radiasi pengion berhubungan dengan kerusakan DNA. Mikroorganisme tidak mampu lagi berkembang biak dan melanjutkan aktivitas mereka. Serangga tidak akan selamat dan menjadi tidak mampu berkembang. Tanaman tidak mampu melanjutkan proses pematangan buah dan penuaan. Semua efek ini menguntungkan bagi konsumen dan industri makanan.

Pemanfaatan teknologi nuklir terkait dengan teknologi pertambangan digunakan pada eksplorasi minyak dan gas. Teknologi nuklir berperan dalam menentukan sifat dari bebatuan sekitar seperti porositas dan litografi. Teknologi ini melibatkan penggunaan neutron atau sumber energi sinar gamma dan detektor radiasi yang ditanam dalam bebatuan yang akan diperiksa.

Pada bidang konstruksi, teknologi nuklir digunakan untuk mengukur kelembaban dan kepadatan tanah, aspal, dan beton. Pemanfaatan teknologi nuklir juga digunakan untuk menentukan kerapatan (kepadatan) suatu produk industri, misalnya untuk menentukan kepadatan tembakau pada rokok digunakan Sr-90, juga dapat digunakan untuk menentukan ketebalan kertas. Saat ini terdapat beberapa industri rokok di Indonesia yang telah memanfaatkan teknologi ini untuk menjaga kualitas rokoknya.

Saat ini, BATAN bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup RI telah melakukan pemantauan udara di beberapa kota besar dengan menggunakan Teknik Analisis Aktivasi Neutron. Dengan teknik tersebut, polusi udara dapat dideteksi sampai ukuran sangat kecil.

Itulah sekelumit kenyataan tentang teknologi nuklir yang saat ini sudah bisa kita nikmati bersama, tanpa kita sadari sebelumnya. Jadi nuklir yang ada di Indonesia, bukanlah bom, tapi sahabat kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar